Sabtu, 17 November 2007

Mengenal Jalur

Jalur mulai ada di rantau kuantan sejak abad ke 17 digunakan pada saat itu membawa tamu-tamu terhormat seperti Raja, Sultan dan pemesar lainnya.
Jalur menurut arti aslinya adalah Perahu yang panjangnya 25 m sampai 30 m, dengan lebar 1,5 m jalur dapat dimuati 40 orang sampai 60 orang anak pacu.
Pembuatan sebuah jalur berawal dari musyawarah anak negeri ( Penduduk Desa ) untuk mendapatkan kata sepakat karena terbentuknya sebuah jalur tidak terlepas dari musyawarah." Bulek aiar Dek pambuluah Bulek kato Dek mufakek".
Dengan dasar inilah semua tugas dan tanggung jawab yang berat bisa dipikul bersama-sama jadi lebih ringan.Setelah seiya sekata, maka dibentuklah pembuat jalur yang pertama Petuo Kampung ( Ketua ) untuk menunjuk orang-orang yang akan menjadi :
- Dukun/Pawang Jalur
- Kepala Tukang dan tukang pembuat jalur
- Tukang Canang sebagai pengarah massaAtas perintah Petuo,
Dukun jalur dan kepala tukang untuk mencari kayu kedalam hutan. Setelah kayu ditemukan lalu diambil lempengan benirnya,dibawa pulang untuk diperlihatkan kepada Petuo Kampung sebagai bahan mufakat dan pertimbangan perangkat yang akan bekerja.
Selanjutnya setelah disetujui oleh perangkat, Petuo maka dukun/Pawang Jalur menyamoaikan syarat-syarat yang perlu dipenuhi.Apabila syarat-syarat yang ditentukan dipenuhi barulah penebang dibawa untuk menebang kayu jalur tersebut kedalam hutan.
Pertama-tama dicari pohon kayu besar jenis tertentu yang tunbuh ditanah yang berani, pohonnya bermambang/berRoh.
Kemudian oleh dukun batang pohon ini disembah, seterusnya dibacakan mantera-mantera meminta izin kepada yang gaib dan barulah boleh ditebang.Bunyinya kira-kira begini : " Oh. Penguaso Rimbo, yang tinggal di sakek antung yang hidup dicelah-celah tanah, yanh hidup ditanah-tanah meninggi, kami yang akan membuat jalur, beri kami izin untuk menebang kayu ini jangan beri kami sakit pening peliharalah kami ......"
Penebang bersama tukang jalur harus mempunyai ilmu tentang kayu yang cocok dijadikan kayu jalur antara lain :
- Nama kayu, umur kayu, besar yang diukur diameter kayu
- Ayam pengganti nyawa kayu yang akan ditebang
- Arah tumbangnya kayu yang akan ditebang
- Waktu yang baik untuk menebang dan lain sebagainya.
Apabila ketentuan -ketentuan diatas dipenuhi baru tukang tebang bekerja sesuai dengan perintah Dukun/ Pawang yang membacakan mantera-mantera sehingga rebahlah kayu jalur tersebut.
Setelah batang kayu yang bulat dan panjang itu rebah. Tukang kayu membentuk jalur setengah jadi untuk memudahkan maelo jalur dari hutan ke desa. Langkah selanjutnya diadakan musyawarah menentukan kapan waktu yang tepat untuk maeolo jalur, setelah hari maelo jalur ditetapkan maka perlu diberitahukan kepada masyarakat desa tukang Canang yang isinya antara lain : " Besok pagi tua muda bujang gadis harus maelo jalur ke hutan apabila tidak pergi akan dikenakan sanksi".
Dengan penuh semangat berangkatlah mereka ke hutan diiringi musik tradisional calempng dan gong, bagi kaum ibu / pemudi tidak lupa membawa nasi/makanan untuk para paelo jalur.
Akhirnya tibalah saat pada acara yang dinantikan yaitu maelo jalur. masing - masing mengatur posisi pegangan pada tali jalur.
Bagi pemuda atau pemudi yang berpasangan ia akan berdekatan, bagitu aba - aba dikomandoakn satu, dua, tigaaaaaa, jalur mulai dielo bergeser sedikit demi sdikit.terkadang saat kekuatan seluruh peserta maelo jalur terfokus kepada tali jalur, tali diputuskan oleh seseorang sehingga seluruh peserta maelo jalur jatuh berhimpitan disertai tawa sorak sorai hingga suasana hutan yang sunyi menjadi hiruk pikuk.
Sampai didesa jalur m diletakkan ditempat yang telah ditentukan guna untuk membentuk bagian jalur yang masih berbungkul, kasar dan belum lurus, sehingga tidak berbungkuul lagi barulah dihitung jarak antra panggar ke panggar untuk membuat kupingan panggar, kemudian dibuat lobang yang jaraknya 2 sampai dengan 4 meter untuk mencegah badan jalur, lalu lubang kakok disumbat/ditutup kembali. kemudian jalur dinaikkan keatas panggar untuk dilayuarkan (diasap - asap kan) dalam posisi tertelungkup dan dibawahnya ditumpukkan kayu bakar serta sisa - sisa lempengan kayu jalur dan sedikit diberi minyak tanah.Biasanya mendiang jalur dilakukan pada malam hari dengan suatu upacara dan diadiri pejabat, pemuka masyarakat serta warga setempat.
Sementara proses mendiang jalur/ melayuar jalur berlangsung masyarakat mempersiapkan konji berayak dan sambil menyantap hidangan para pengunjung dihibur dengan Rarak Godang dan musik - musik tradisional.
Pemuda/Pemudi bergembira ria saat mendiang /melayuar jalur dan yang lebih membuat sorak sorai membela keheningan malam yaitu permainan "GILO LUKA" yang dimainkan oleh seorang pawang. Kegiatan mendiang jalur/melayuar berlangsung hingga fajar menyinsing.
Beberapa hari kemudian jalur siap diturun mandikan kebatang Kuantan untuk diuji cobakan dengan jalur lain. Setelah itu jalur dinaikkan lagi dann diberi ukiran, aasesoris dan nama jalur, akhirnya jalur siap dipacukan/dilombakan.
Disalin dari buku : Mengenal Jalur Kuantan Singingi
Terbitan : Dinas Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata Kabupaten Kuantan Singingi